bayangkan bila Hiroshima dan Nagasaki di bom atom oleh orang yang iseng.
atau bali diledakkan hanya karena ada teroris iseng.
caba pikir juga, bila ada wanita yang diperkosa karena ada lelaki iseng.
mahasiswa ditembak karena ada tentara iseng.
lalu bagaimana kira2, kalau Tuhan membuat dunia hanya karena iseng saja,
waaaaah, mungkin saja Adam dan Hawa turun ke bumi juga karena keisengan Tuhan.
Yang jelas, kalau kita menjadi obyek keisengan, pastilah nggak akan enak rasa,
pengen muntah, mencaci, mengumpat, atau malah memukuli orang yang berbuat iseng pada kita.
akibat keisengan memang bisa berbagai macam, dari sakit hati, menangis, hingga bunuh diri, bahkan dunia bisa kiamat kalau saja ada ilmuwan menciptakan reaksi berantai dari uranium yang bisa membelah bumi karena sedang patah hati misalnya.
ya tentunya dunia jadi berwarna, penuh dengan warna iseng yang hitam, kuning, merah, hijau, abu-abu, dan jingga
atau bisa saja ada orang yang hanya tertawa, melihat teman2nya terlibat keisengan satu sama lain
iseng dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti berbuat atau mengerjakan sesuatu supaya jangan menganggur, sekedar main-main, tidak bersungguh-sungguh
jadi kalau anda jadi obyek keisengan, ya jangan di masukkan ke hati, tapi anggap itu hanya lelucon yang tak lucu yang dilakukan oleh orang yang tak punya keberanian, karena tak bersungguh-sungguh dalam berbuat.
--end
esai untuk teman yang diisengi teman lain
Tuesday, January 17, 2006
Friday, January 06, 2006
pusaran nasib
berapa gaji kamu, berapa gajiku
aku tak punya gaji!!!
Pendapatan DPR katanya hampir 15 juta per bulan. Gaji dewan gubernur Bank Indonesia di atas 150 jutaan per bulan. Gaji Presiden dan wakilnya sekitar 50 juta hingga 60 juta.
Fantastis memang. Bila dibanding dengan pendapatan petani, buruh kasar, apalagi para penganggur yang berserakan di seantero negeri yang jumlahnya hampir 15 % dari angkatan kerja. Paling-paling pendapatan para proletar itu nggak nyampe 1 juta perbulan.
Coba lihat para penerima gaji gede itu, mereka rata-rata hidup di ibu kota. Belum lagi para eksekutif perusahaan top. Putaran pendapatan tinggi tentunya hanya bisa ditemukan di pusat negeri.
Nah, pastinya mereka membelanjakan uangnya juga di ibukota. Jadi tak aneh, kalau banyak warga negeri yang berbondong-bondong pergi ke sana, sekedar untuk mendapat ludahan gaji para eksekutif itu.
Lalu dari mana DPR, boss BI, Presiden dan wakilnya dapat gaji? Ya dari negara, tapi negara dari mana uangnya? Ya dari rakyat. Rakyat yang mana? rakyat yang ada di desa-desa, yang pendapatannya nggak sampai sejuta tentunya.
Oooo, sebuah ironi, rakyat di desa kerja keras buat para pemimpinnya. Sementara pemimpin dapat kesejahteraan, tetap saja para buruh, petani, dan penganggur bersahabat dengan kemelaratan.
Ketika para pemimpin naik kendaraan mengilap menuju acara gala dinner, yang makanannya ala manca, rakyat negeri ini tidur lelap dengan perut keroncongan. Lalu tiba-tiba tanah roboh menimpa rumah mereka yang terbuat dari bambu. Binasalah mereka!!!
Uhhh, sebuah lawakan yang selalu berulang. Entah kapan akan berhenti.
Jadi apa yang diperlukan negeri ini, sebuah pemerataan? dari mana mulainnya. Semuanya sudah berebut, semuanya seperti singa dan serigala. Hukum rimba pun dipaksakan. Siapa kaya, siapa punya kenalan dengan pemegang sumber daya kekuasaan, dialah pemenangnya.
Hmmmm, jadilah yang lemah menjadi sirna di pusat pusaran nasib. Yang deras tanpa ampun melalap siapa saja yang tak punya pengait, untuk mempertahankan badan dari tarikan nasib buruk yang mematikan.
Jadi mau ke mana kita sekarang?
aku tak punya gaji!!!
Pendapatan DPR katanya hampir 15 juta per bulan. Gaji dewan gubernur Bank Indonesia di atas 150 jutaan per bulan. Gaji Presiden dan wakilnya sekitar 50 juta hingga 60 juta.
Fantastis memang. Bila dibanding dengan pendapatan petani, buruh kasar, apalagi para penganggur yang berserakan di seantero negeri yang jumlahnya hampir 15 % dari angkatan kerja. Paling-paling pendapatan para proletar itu nggak nyampe 1 juta perbulan.
Coba lihat para penerima gaji gede itu, mereka rata-rata hidup di ibu kota. Belum lagi para eksekutif perusahaan top. Putaran pendapatan tinggi tentunya hanya bisa ditemukan di pusat negeri.
Nah, pastinya mereka membelanjakan uangnya juga di ibukota. Jadi tak aneh, kalau banyak warga negeri yang berbondong-bondong pergi ke sana, sekedar untuk mendapat ludahan gaji para eksekutif itu.
Lalu dari mana DPR, boss BI, Presiden dan wakilnya dapat gaji? Ya dari negara, tapi negara dari mana uangnya? Ya dari rakyat. Rakyat yang mana? rakyat yang ada di desa-desa, yang pendapatannya nggak sampai sejuta tentunya.
Oooo, sebuah ironi, rakyat di desa kerja keras buat para pemimpinnya. Sementara pemimpin dapat kesejahteraan, tetap saja para buruh, petani, dan penganggur bersahabat dengan kemelaratan.
Ketika para pemimpin naik kendaraan mengilap menuju acara gala dinner, yang makanannya ala manca, rakyat negeri ini tidur lelap dengan perut keroncongan. Lalu tiba-tiba tanah roboh menimpa rumah mereka yang terbuat dari bambu. Binasalah mereka!!!
Uhhh, sebuah lawakan yang selalu berulang. Entah kapan akan berhenti.
Jadi apa yang diperlukan negeri ini, sebuah pemerataan? dari mana mulainnya. Semuanya sudah berebut, semuanya seperti singa dan serigala. Hukum rimba pun dipaksakan. Siapa kaya, siapa punya kenalan dengan pemegang sumber daya kekuasaan, dialah pemenangnya.
Hmmmm, jadilah yang lemah menjadi sirna di pusat pusaran nasib. Yang deras tanpa ampun melalap siapa saja yang tak punya pengait, untuk mempertahankan badan dari tarikan nasib buruk yang mematikan.
Jadi mau ke mana kita sekarang?
Tuesday, January 03, 2006
kembali
menginjak ke titik awal lagi
dimana semangat, harapan, dan usaha
diperbaharui
hidup mesti diputar kembali
lebih kencang
lebih deras
lebih dasyat
tentunya
ada wajah lain yang juga perlu diperbarui
bagian hati
hubungan dengan illahi
perlu dipertebal
aksi dan do'a
dua teman yang harus diakrabi
dimana semangat, harapan, dan usaha
diperbaharui
hidup mesti diputar kembali
lebih kencang
lebih deras
lebih dasyat
tentunya
ada wajah lain yang juga perlu diperbarui
bagian hati
hubungan dengan illahi
perlu dipertebal
aksi dan do'a
dua teman yang harus diakrabi
Sunday, January 01, 2006
mawar surga
'taburi aku dengan mawar surga'
begitu pesanmmu
sebelum kau pergi bersama Isroil
kini hampir tak tersisa lagi bayang
atas semua kenangan
saat kau ada
namun roh mu tetap kami sisihkan
dalam sudut hati
di sisa-sisa hari
tak lupa kami ukir pesan terakhir itu
di batu nisanmu
sebagai pengingat
agar kami selalu mengirimmu
untaian mawar surga
dari do'a
yang terpanjat
semoga mawar surga
selalu menjadi pembimbing
kami dan dirimu
-----
mengenang dear sister tercinta
1 januari 2003 - 1 januari 2006
begitu pesanmmu
sebelum kau pergi bersama Isroil
kini hampir tak tersisa lagi bayang
atas semua kenangan
saat kau ada
namun roh mu tetap kami sisihkan
dalam sudut hati
di sisa-sisa hari
tak lupa kami ukir pesan terakhir itu
di batu nisanmu
sebagai pengingat
agar kami selalu mengirimmu
untaian mawar surga
dari do'a
yang terpanjat
semoga mawar surga
selalu menjadi pembimbing
kami dan dirimu
-----
mengenang dear sister tercinta
1 januari 2003 - 1 januari 2006
Subscribe to:
Posts (Atom)